Hackathon = Product Building
Saya percaya, berkompetisi adalah salah satu cara terbaik untuk meningkatkan skill kita sebagai seorang engineer, baik soft skill maupun hard skill. Suatu kompetisi dalam konteks bahasan blog ini kompetisi tipe teknologi seperti hackathon, inovasi sistem, dan sejenisnya adalah suatu kompetisi yang memadukan proses research-plan-implement, ya karena pada dasarnya produk akhir yang diminta itu sendiri adalah sebuah aplikasi.
Dari pengalaman saya mengikut kompetisi, memang sudah banyak orang yang mengerti bahwasanya mereka harus membuat suatu hal inovatif, tapi yang sering terlewatkan adalah proses-proses untuk membuat hal inovatif tersebut. Dari beberapa pengalaman yang saya dapatkan, saya sudah mulai bisa melihat beberapa pola kesalahan yang sering dilakukan dari mengikuti sebuah kompetisi, berikut adalah beberapa bahasannya.
Disclaimer
Ini cuman sekedar sharing pengalaman, saya masih banyak dan terus belajar serta juga masih sering melakukan kesalahan-kesalahan di bawah
Mistake 1 - Solution That Finding a Problem
Ya, ini adalah kesalahan paling sering terjadi terutama bagi mereka yang pertama kali mengikuti sebuah kompetisi seperti hackathon, membuat solusi yang sebenarnya permasalahannya itu sendiri tidak ada or atleast mungkin ada orang yang punya masalah tersebut, tapi scopenya sangat sedikit sehingga tidak dapat terlihat impact/dampak dari solusinya.
Cara mengatasi kesalahan pertama ini adalah research permasalahan atau topik yang diangkat oleh kompetisi tersebut, biasanya sebuah kompetisi punya topik yang diangkat, nah topik ini kita harus cari informasinya, kita coba cari berbagai permasalahan seputar topik tersebut secara mendalam, bisa lewat membaca jurnal, berita, atau cara terbaik menurut saya adalah berbicara dengan berbagai orang.
Biasanya pada tahapan research ini, kesalahan yang sering dilakukan adalah terlalu cepat mengemukakan solusi tanpa dilakukan proses research yang benar, sehingga solusi yang diberikan seringkali bias terhadap keinginan sendiri daripada menyelesaikan permasalahan sebenarnya.
Contohnya, saya mengikuti sebuah kompetisi hackathon dengan tema literasi demi indonesia emas tahun 2045, langkah yang akan saya ambil pertama adalah memahami lebih lanjut tentang literasi dan juga tentang hubungannya dengan indonesia emas tahun 2045, dari sana saya menelusuri lebih lanjut apa sih korelasi antar keduanya dan problem yang terjadi di indonesia pada hal tersebut, hal ini saya lakukan lewat baca berita, jurnal dan juga berbincang dengan orang lain.
Setelah sudah terlihat apa masalahnya, coba teliti lanjut permasalahan tersebut, definisikan secara clear apa sih masalah tersebut, “Defining the problem is half the solution”. Permasalahan yang jelas akan lebih mudah juga menuntun kita ke solusi yang juga jelas. Dari sini coba cari beberapa solusi yang memungkinkan, cari solusi yang sudah ada sebelumnya juga untuk referensi, alhasil pada akhirnya coba buat kerangka hasil akhir proses research tersebut.
Mistake 2 - Tidak implementable - Tech, Time, Team
Kesalahan kedua, tidak implementable atau tidak dapat diimplementasikan, baik secara teknologi atau teknis, secara waktu, dan secara tim. Carilah sebuah solusi yang dapat diimplementasikan secara teknis jadi tidak berlebihan, misalkan tidak mungkin kita membuat sebuah AI serba bisa, atau mungkin membuat sebuah teknologi Blockchain yang tidak menggunakan gas fee sama sekali. Jadi cari sebuah solusi yang bisa diimplementasikan pada teknologi yang ada saat itu.
Lalu adalah time atau waktu, biasanya sebuah kompetisi tak memberikan waktu yang begitu banyak untuk kita mendevelop solusi kita, cari sebuah solusi yang realistis untuk didevelop di waktu yang diberikan, sebaiknya juga membuat timeline atau lini masa pengerjaan projek, perkirakan secara realistis dan jangan lupa berikan waktu untuk hal-hal seperti bug fixing dll.
Terakhir adalah team/tim. Mungkin kita sudah menemukan solusi yang baik dan inovatif, waktu yang diberikan juga banyak, serta dapat diimplementasikan dengan teknologi yang ada saat itu, tapi jangan lupa juga dengan faktor tim, kita harus bisa melihat komposisi dan kemampuan anggota tim kita serta menyesuaikan solusi yang ingin kita buat, misalkan solusi yang akan dibuat akan sangat berorientasi pada aplikasi mobile namun di tim tak ada satupun yang bisa mobile development, hal ini sangat fatal karena butuh waktu lebih untuk belajar, walaupun bisa pun kemungkinan besar tidak akan memberikan hasil maksimal.
Mistake 3 - Tak Inovatif & Tak Berkelanjutan
Inovasi dan berkelanjutan adalah 2 hal yang sering ditanyakan oleh juri-juri dalam sebauh kompetisi, “apa sih bedanya produk kamu sama produk A yang sudah ada sebelumnya”, “Apa rencana kamu kedepannya dalam meneruskan produk ini”, dan lainnya. 2 unsur di atas akan memberikan nilai plus, atau saya berani katakan wajib ada dalam solusi yang kita buat, biasanya 2 hal ini jugalah yang membedakan aplikasi mereka yang menang dalam suatu kompetisi.
Mistake 4 - Mengabaikan Rubrik Penilaian
CEK RUBRIK PENILAIAN, ini sering dianggap sepele karena orang-orang teknis yang langsung saja terjun dalam membuat solusi, sering diabaikan karena anggapan, solusi bagus, high tech, keren = menang. Padahal penilaian biasanya ditentukan dari rubrik yang sudah ada, misalkan dari segi ui/ux bagaimana, dari segi inovatif bagaimana, dari segi kesesuaian ide bagaimana.
Rubrik penilaian ini biasanya juga disertai bobot masing-masing berapa, dari sini kita bisa tau mana sih yang harus kita utamakan, misalkan penilaian untuk tampilan aplikasi hanya 5%, ya kita bisa prioritaskan hal lain daripada menghabiskan waktu lama dalam mendesain ui/ux aplikasi yang akan dibuat.
Ya walau sebenarnya masih banyak kesalahan yang terjadi pada sebuah kompetisi, 4 di atas adalah kesalahan yang menurut saya lumayan umum dan sering saya lihat, saya sendiri masih belajar dan bukan seorang ahli yang perkataannya pasti benar, ini hanya sekedar sharing pengalaman yang saya rasakan selama beberapa tahun mengikuti kompetisi dalam dunia teknologi.